Segala yang terjadi, dimulai dengan khayalan. Segala yang anda capai, dimulai dengan angan-angan di pikiran.
Apa yang anda sekarang angankan, bila kita bicara tentang setahun, dua tahun ke depan? Apakah anda melihat masalah, dan segala sesuatu yang berantakan? Ataukah anda melihat peluang dan keberhasilan?
Tidak ada batas bagi imajinasi. Anda boleh mengkhayalkan apa saja. Khayalan tidak bisa dibatasi realitas fisik, kesulitan keuangan, rasa takut, penolakan dan apa saja yang mengurung anda di “dunia nyata”.
Bayangkan masa depan, dan biarkan diri anda melaju dengannya. Tinggalkan kendala di belakang, dan tampilkan hidup yang ingin anda jalankan. Hidup yang anda ciptakan akan dimulai dari angan anda. Ciptakan angan-angan terbaik dan mulai bertindak untuk mewujudkannya dan mulai bertindak untuk mewujudkannya dan mulai bertindak untuk mewujudkannya.
Baca Selengkapnya / Read More>>



Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar.
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit. Di masa itulah kamu tumbuh.
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang.
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga.
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan.
Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik. Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut.
Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.



Baca Selengkapnya / Read More>>



Jadilah orang yang selalu optimis dan berusaha untuk melihat kesempatan di setiap kegagalan. Jangan bersikap pesimis yang hanya melihat kegagalan di setiap kesempatan. Orang optimis melihat donat, sedangkan orang pesimis melihat lubangnya saja.
Kita dapat mengembangkan keberhasilan dari setiap kegagalan. Keputusasaan dan kegagalan adalah dua batu loncatan menuju keberhasilan. Tidak ada elemen lain yang begitu berharga bagi kita jika saja mau mempelajari dan mengusahakannya bekerja untuk kita.
Pandanglah setiap masalah sebagai kesempatan. Hanya bila cuaca cukup gelaplah kita bisa melihat bintang.




Baca Selengkapnya / Read More>>


Kisah nyata yang bagus sekali untuk contoh kita semua yang saya dapat dari millis sebelah (kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga kita dapat mengambil pelajaran.
Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia. Apa yg diutarakan beliau adalah sangat benar sekali. Silakan baca dan dihayati.

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.

Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum.

Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku… Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.”
“Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.
Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”.
“Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”
Baca Selengkapnya / Read More>>


Perempuan itu berjalan mengitari kebun kecilnya, kehamilannya menua membuat langkahnya tertatih. Maha benar Allah saat manusia di perintahkan menghormati ibunya. “Ibumu mengandungmu sembilan bulan dengan kepayahan yang bertambah-tambah”.

Sejenak ia berhenti dan mengehembuskan nafasnya, ditatanya lagi pot-pot kecil. Dia tersenyum sambil berkacak pinggang. Hhhfff…Benih akan bertumbuh menjadi pohon, berbunga dan berbuah. Memberi manfaat.

“Nak, kau dengar kan? Gemericik air yang kusiramkan di tanah berisi benih tadi?”

“..itulah kau sayang. Aku membentukmu sejak disini”. Dielusnya perut buncitnya, kemudian dibiarkannya semua letih berseteru membentuk pegal yang menyemut di kakinya. Ayunan didepan ‘padepokan kecil belakang rumah’ menjadi tempatnya bersantai. Allah memberikan pahala padamu wahai perempuan, surga! Dan kau mudah meraihnya dengan kesabaran. Sebagai istri terlebih sebagai ibu.


“Nak, kau ingin aku memperdengarkanmu apa? Sederet musik klasik yang katanya mencerdaskanmu? Sebentar, Nak… ada yang akan membentukmu lebih cerdas dan kau takkan bosan” Diambilnya mushaf al-qur’an kecil dari dasternya lalu lantunannya membuat sang janin 8,5 bulan itu bergerak-gerak menyambut fitrahnya saat ruh ditiupkan padanya sejak empat bulan yang lalu. Perjanjian dengan Allah : “Dan ingatlah ketika Tuhan-mu Mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah Mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya Berfirman), “Bukankah aku ini Tuhan-mu? Mereka menjawab, “betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi”…..(QS.Al-A’raaf:172)

“Kau tahu nak, aku telah persiapkan pot-pot kecil berisi tanah dan benih serta sepetak kebun disana. Aku menyebutnya laboratorium mini untukmu”

“Kelak kau akan belajar dari tanah, bagaimana dia menumbuhkan dan menerima. Kau akan belajar dari kesabarannya. Menerima apapun namun menumbuhkan apa yang baik dengan izin Allah”

“Kau akan belajar , nak. Dan aku akan membimbingmu. Bukan aku sendiri, Nak. Tapi ayahmu juga. Dia memberimu keteguhan pula” perempuan itu tersenyum. Pendar merah muda di kedua pipinya menyiratkan satu rasa bernama: bahagia.

Ah, mengapa banyak perempuan enggan merasakan apa yang kurasakan sampai hari ini? Berdiskusi kecil dengan calon khalifah Allah di bumi? Satu dari sekian banyak generasi baru yang Allah ciptakan? Nak, aku mencintaimu.Sungguh.Karena Penciptamu menyuruhku begitu.

Matahari berpendar kemerahan di ufuk barat. Senja menampakkan merahnya. Siang ikhlas tergantikan perannya. Setelah kesibukan manusia diambang batas waktu. ‘Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal ‘(QS. Ali-Imran:190)

Perempuan itu memenuhi perannya yang lain. Berbakti pada satu makhluk yang dipasangkan untuknya oleh Sang Khalik dalam satu fase kehidupannya di bumi. Laki-laki itu membimbingnya takzim. Penghormatan yang layak diberikan pada seorang makhluk yang diciptakan oleh Rabb-nya untuk menjadi perhiasan terbaik. Keteguhannya menjadikan semai cinta makin menjadi. Cinta karena Allah begitu mereka sering menyebutnya. Berbalut romatisme perjuangan. Keduanya khusyuk dalam dialog-dialog dengan Sang Raja Manusia. Rabb… jadikanlah aku dan dzuriyahku mendirikan Sholat…

Sejoli manusia itu larut dalam perenungan-perenungan tentang diri dan semesta. Serambi belakang seumpama sepetak taman surga dunia, menumbuhkan cinta menyemaikan harap yang bermuara pada satu : gerbang surga hakiki. Perempuan itu memainkan manik-manik tasbih, Sang lelaki melantunkan lagi nada-nada syahdu mengiringi firman-firman ilahi. Perempuan itu tersenyum memandang langit.

“Nak, dengar, kali ini ayahmu melantunkan nada kasih untukmu”

“Nak, di bumi ibumu ini, waktu bernama malam telah menyapa. Mungkin kau gelap disana, sayang. Tapi kegelapan itu menempatkamu pada fitrah yang agung” nafas perempuan itu naik turun teratur. Efek psikologis dari sebuah keadaan bernama: bahagia. Sang calon bayi menyambutnya,menandak-nandak seolah mengatakan ,”Aku dengar, Bunda! Aku dengar!” laki-laki itu tersenyum ,senyum teduh sang calon ayah.

“Nak, kelak kau akan melihat langit yang luas, bintang-bintang dan rembulan dimalam hari dan matahari di siangnya.” Bisik perempuan itu lagi, masih memainkan tasbihnya.

“Kau akan belajar sayang, dari semuanya. Sebab, Tuhan menyuruh kita begitu.”

“kau akan belajar bagaimana matahari yang selalu ikhlas memancarkan sinarnya. Istiqomah menjalankan tugasnya, bahkan saat malam, bulan meminjam sinarnya untuk menerangi langit”

“… Kau kuharap juga menjadi bintang, sayang. Yang memiliki cahayanya sendiri meski ia nampak kecil di mata manusia. Namun dia bintang, bukan bulan yang hanya meminjam cahaya matahari.Sesuatu yang memiliki cahayanya sendiri akan tetap ada dan ‘hidup’ meski tak selalu nampak besar”

“…..Namun kau tak boleh cukup menjadi bintang yang sendiri. Sebab, kau akan terjebak keangkuhan dan tak cukup memberi arti”

“Nah…. Lihat nak! Itu rasi bintang. Kelak bunda akan tunjukkan padamu. Banyak macam namanya. Gugusan bintang itu memberi pedoman pada makhluk di bumi. Pada nelayan, pada petani, pada pelaut. Manusia tidak bisa sendirian mengubah dunia, sayang. Dia harus menjadi bintang-bintang yang membentuk rasi. Manusia harus bergandengan tangan dengan orang lain. Agar cahayanya, kelebihan dan kekurangannya berpadu saling mengisi sehingga makhluk dibumi akan mengambil manfaat dan menjadikan mereka pemandu. Cahaya itulah hidayah dari Allah, sayang. Yang kau bersaksi bahwa tiada tuhan selain-Nya sejak disini”perempuan itu mengelus perutnya. Kali ini dia tak lagi hanya berbisik, namun ia menuliskan semua gumamnya.Pena dan kertas adalah teman sejarah. Sang lelaki tersenyum. Aku makin mencintaimu.

Bunda aku mencintaimu, sungguh! sebab di rahimmu aku tumbuh menjadi calon bintang yang akan membentuk rasi bersama bintang-bintang lain sebayaku. Janin itu menandak-nandak lalu tenang.

Bunda…. Bilakah aku melihat wajahmu? Kubayangkan kau seteguh bunga mawar yang kita siram pagi tadi. Maukah kau ceritakan padaku tentang bunga mawar bunda? Pasti kau akan bercerita Bunda, sebagai satu mata ajar di sekolah peradaban kita

Satu bulan sepuluh hari kemudian

Selamat datang putri, tangismu menandai bahwa sekolah peradaban untukmu telah resmi dibuka. Perempuan itu menangis.Tangis bahagia. Tuhannya memberinya kesempatan untuk menjadi guru di salah satu ruang sekolah peradaban:di rumahnya. Keajaiban itu berupa : perpindahan satu fase kehidupan dari alam ruh ke alam rahim kemudian ke dunia. Oh, Rabbi…. Semoga aku sanggup membimbingnya.

Laki-laki itu terpana. Wahai, aku tak pernah bisa membayangkan sakit yang kau rasakan, pejuang Kehidupan! Bukankah ini bukti bahwa perempuan lebih perkasa dari laki-laki dengan kesabarannya? Bukankah ini bukan sebuah kelemahan namun kelemahlembutan yang menumbuhkan ketegaran? Rabbi… pantas jika surga ada dibawah telapak kaki seorang ibu. Aku menghormatimu lebih dari sebelumnya, Ibu baru!

Enam tahun kemudian

Bersyukurlah karena Allah masih memelihara sekolah peradaban bagi manusia: alam semesta. Dan rumah kita sebagai salah satu ruang kelasnya. Tangan-tangan mungil itu memainkan sekop kecil. Tertawa-tawa kecil mengeluarkan gumam-gumam khas bocah. Perempuan disampingnya tersenyum .Biarkan saja dia berlumur tanah sebab dari itu dia tercipta. Biarkan saja tangan-tangan kecil itu meraba, merasakan setiap tekstur tanah dan semua alat peraga alami yang tampak didepan matanya.

Bukankah pergesekan kulit nya yang lembut dengan tanah dan semesta akan memberinya pelajaran baru? Biar saja. Jika ingin kehidupan ramah padanya, maka jangan ciptakan permusuhan dengan alam semesta meskipun hanya sepercik rasa takut. Sebab jiwa murni itu sangat peka. Kotoran di gamisku bisa dibersihkan, namun bekas kemarahanmu dihatinya sulit dihilangkan. Begitu kira-kira kanjeng Rasul Muhammad mengajarkan kita bagaimana bersikap lembut walau’hanya’ pada seorang bayi.*

Indera diciptakan untuk merasa, melihat, membau, mendengar,mengecap. Alam semesta adalah sekolah kita. Biarkan dia mengerti bahwa tubuhnya adalah pelajaran tak terperi. Suatu hari dia akan merasa dirinya adalah bentukan terbaik.

Mulailah percakapan dua generasi memulai pelajaran hari ini: kehidupan.

“Mengapa Bunda mengubur biji itu dengan tanah?” gadis kecil bertanya. Hmmm… kosakatanya yang kaya hasil dari kecerewetan perempuan disampingnya.

“ha…ha.. ini me- na-nam, Sayang, bukan mengubur”

“Me-na-nam ? Untuk apa?”

“Agar dia tumbuh”

“Tapi biji itu tertutup tanah, Bunda”

“Iya, nak… tapi dia hidup..” Gadis enam tahun! Kuperkenalkan kau pada penciptamu. Bertanyalah Sayang sebab telah kubiasakan kau sejak janin.

“Hidup? Dengan apa?”

“dengan air yang kita siramkan tadi, dengan pupuk,dengan udara”

“ Kau tau sayang?dahulu kamu pun ditanam begini” perempuan itu membentuk mimik selucu mungkin.

“ha..ha…ha….” gadis kecil itu tergelak.

“Aku, Bunda? He..he… dimana?”

“Hmmm… disini” perempuan itu menunjuk perutnya

Gadis itu melongo heran. Mungkin batinnya sedang menerka bagaimana mungkin dia yang sebesar ini. ‘di-ta-nam’ di perut ibunya???

“Bunda-aaa! Nggak mungkin!Nggak cukup!”

“Kau dahulu sebesar benih ini nak, sayang” dijumputnya biji bunga matahari.

“Kau di tanam Allah di perut Bunda”

“Allah? Yang setiap hari kita berdo’a pada-Nya” perempuan itu mengangguk.Oh… ananda. Benarlah kau lupa bahwa kau pernah bersaksi bahwa Dia Tuhanmu. Kau harus tetap ingat, nak dengan perjanjian Agung itu. Aku miris dengan sebayamu yang mungkin tak pernah lagi dikenalkan pada Allah-nya saat dia lahir ke dunia

tiap-tiap anak lahir dalam keadaan suci (fitrahnya). Orang tuanya yang membentuknya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi

“hiii… pasti gelap ,ya, Bunda?”

“Iya… tapi kau tetap hidup, kan sayang? Menjadi anak Bunda yang pandai” perempuan itu memandangnya penuh cinta

“i..ya…. kok bisa, ya Bunda?” gadis itu mengikut ibunya, mengaduk-aduk tanah, menyemai benih-benih bunga. Tangan kecilnya bergerak semampu dia bisa.

“Karena Allah mencintaimu, sayang. Dia memberimu makanan melalui bunda, dia menitipkan mu pada Bunda dan Ayah, untuk merawatmu”

“ya! Ya! Seperti kita memberi pupuk dan air pada benih ini”

“Anak pintar!”

“Benih ini akan tumbuh sepertiku, kan Bunda?”

“Iya, sayang !menjadi bunga yang cantik. Kau akan senang melihatnya kelak seperti juga Bunda senang melihatmu tumbuh”

“mmm….. “ sang gadis kecil mencoba mengerti.

“kau akan senang melihat benih itu tumbuh perlahan-lahan setiap hari. Karena kau merawatnya dengan baik. Allah menitipkannya pada kita”

“Tapi Allah tidak menyiraminya,kan bunda?!” Oh, gadisku aku harus menjawab apa lagi?

“Hmm…Memang. Tapi Allah yang memberi kehidupan untuk benih itu, untukmu, untuk Bunda untuk semua yang ada di alam”

“Bunda…. Akan merawatku juga? Seperti kita merawat bunga ini, iya kan Bunda?” Perempuan itu mengangguk, dibasuhnya tangannya, dibimbingnya gadis kecil itu membersihkan dirinya. Cukup untuk hari ini, Sayang. Pelajaran kita tentang kehidupan. Kelak kau akan semakin tahu banyak hal. Ini hanya permulaan.

Perempuan itu…. semoga aku! Setahun, dua tahun, tiga tahun atau beberapa tahun lagi jika Allah menghendakiku dan memandangku pantas menjadi salah satu pendidik di sekolah peradaban-Nya: Alam semesta ; disalah satu ruang kelasnya;rumah tanggaku! Dimana setiap sudutnya adalah serpihan-serpihan ilmu dan hamparan pengetahuan untuk mencintai-Nya. Dimana akan kukenalkan generasi-generasi dari rahimku tentang mencintai Rabb-nya, dimana disekolah peradaban itu….lulusannya tidak sekedar mendapat selembar kertas bertuliskan ;lulus! Sebab Alam semesta menjanjikan proses belajar yang tak henti. Selamat datang di sekolah peradaban kita: Alam semesta, langit dan bumi yang hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.Wallahu a’lam bish-shawwab

*) seorang bayi ‘pipis’ di gendongan Rasulullah Muhammad SAW kemudian ibunya segera ‘merebutnya‘ karena rasa hormatnya pada Rasulullah. Kemudian rasulullah berkata yang kurang lebih seperti di atas.
_ _ _
Robi’ah al-adawiyah Mhs FH UNS Solo,

Baca Selengkapnya / Read More>>


















bidadari dunia menyapa ramah ikhlasnya
terhalang waktu tempat ia disana
membangunkan diri berbakti kepada ilahi
disaat raga terbuai mimpi alam imajinasi

linangan air mata jatuh perlahan..
dalam untaian doa terpanjatkan..
tak kuat menahan asa yang terpendam..
teringat noda dosa masa silam

tersentak ku terperanjat sejenak
mengingat sisa waktu jumpa denganmu tidaklah banyak
hitungan hari kini kau akan pergi
meninggalkanku disini sendiri

namun kau berikanku kenangan berarti
kenangan terindah dalam hidup ini
anugerah ilahi robbi yang harus aku syukuri

Lailatul Qodar itu yang kau beri
maafkan aku bila tak sanggup melayani
karena kau tamu agung dari Yang Maha Suci
_ _ _
Jepara, 22 Ramadhan 1433H/11 Agustus 2012M
Baca Selengkapnya / Read More>>




















Termangu diam menyendiri dalam lamunan hari
Teringat laku seorang diri tanpa orang yang menemani
Tiada kasih yang mengingatkan menuntun menasehati
Sendu menyayat hati penuh luka noda selama ini

Kealpaan diriku mengingat-Mu
Membuat hati makin menjauh mengeras laksana batu
Lupakah aku pada-Mu….?
Kuterlena hiasan dunia yang fana
Kulupa sejatinya insan dicipta

Kubuka kubaca mushaf yang mulia penyejuk hati penenteram jiwa
Tersentak ku terhempas bak ombak yang menghantam karang di ditepian samudera
Tersirat firman-Mu akan sejatinya insan dicipta
Hanya untuk beribadah menghamba kepada-Mu Allah Tuhan Yang Maha Esa

Kusadari lamunan ini
Bulan Ramadhan segera datang menghampiri
Semoga ku semakin berbakti kepada-Mu ya Allah Yang Maha Suci
Bulan penuh berkah dari Ilahi Robbi
Bulan penuh ampunan yang ikhlas sabar menahan diri

Marhaban ya Ramadhan
Akan kusambut kau dengan penuh penghormatan
Karena kau tamu agung yang di berikan Allah Tuhan Yang Maha Rahman
_ _ _
Jepara, 1 Sya’ban 1433H/21 Juni 2012M
Baca Selengkapnya / Read More>>


(Di bawah ini adalah surat terbuka dari seorang ikhwan, ditujukan kepada seluruh muslimah yang peduli terhadap nasib umat)

Tulisan ini tidak menyamaratakan semua muslimah. Saya sadar masih banyak muslimah shalihah yang kedekatannya dengan Allah tak perlu diragukan lagi. Sebagai seorang muslim, saya pun menyadari bahwa diri ini masih jauh dari sempurna.

Namun izinkanlah saya menulis ditujukan kepada siapa pun yang berkepentingan dengan isi surat ini,

Ya Ukhti,
Mengapa kau katakan “Aku tak bisa memakai kerudung atau jilbab karena aku takut orang akan memandangiku karena gaya berpakaianku”?

Tetapi mengapa kau malah pergi keluar rumah setengah telanjang atau hanya memakai baju ketat,  dan bahkan ada 1000 laki-laki yang memandangmu serta seluruh bagian tubuhmu yang harusnya kau tutup rapat? Bagaimana mungkin hal ini tidak membuatmu risih?

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata, “Hal yang paling tidak kusukai adalah apabila ada laki-laki yang memandangiku dan aku pun juga tidak suka memandang mereka.”
Cobalah renungkan! Apakah jauh lebih baik terlihat murah seperti seonggok daging berjalan sebagaimana dilakukan oleh wanita-wanita non muslim? Ataukah jauh lebih baik terlihat berbeda, suci, shalihah, dan terhormat dengan memakai kerudung dan jilbab?
Baca Selengkapnya / Read More>>

” Bunda..bunda” aku lepaskan sejenak pandanganku dari sebuah layar kecil dihadapanku menghadap anakku yang sedang bermain di halaman.
” Apa Nak ” aku menemuinya di halaman.
” Ini apa yaa Bunda “anakku menunjukk sesuatu di ranting pohon.

” Oohh..ini namanya kepompong nak, nanti dari sini akan keluar kupu-kupu. Lihat Nak, kepompongnya gerak-gerak, sepertinya calon kupu-kupu sebentar lagi akan keluar ” aku tersenyum dengan keingin tahuan anakku.
” Aku mau lihat yaa Bunda ”

Aku hanya membalasnya dengan senyum. Aku pun kembali menekuni layar yang ada di hadapanku.
” Bunda..bunda..kupu-kupu nya sudah keluar ” aku bergegas menghampirinya.
” Mana-mana ” aku mencari kupu-kupu di atas kepalaku, namun yang ku cari sepertinya tak ada.
” Itu Bunda ” Anakku menunjuk ke arah tanah. Aku mengerenyitkan dahi.


” Lho kok gak bisa terbang ” Lalu aku melihat kupu-kupu tadi lebih dekat dengan meletakkannya di tanganku.

” Sepertinya sayap kupu-kupu ini gak sempurna Nak. Tadi kamu apakan ?? ”
” Tadi kan aku cuma ingin membantu kupu-kupu itu agar cepat keluar Bunda, abisnya kasian kayaknya susah bangetkeluarnya. Udah gitu lama lagi gak keluar-keluar. Kok jadinya malah gak bisa terbang Bunda ” kata anakku polos. Aku mengerti maksud dari anakku. Dia hanya ingin menolong.

“Nak.. Calon kupu-kupu ini sebenarnya butuh proses panjang sehingga dia bisa menjadi kupu-kupu yang indah. Didalam kepompong tadi lah proses yang sudah Allah tentukan terjadi. Biar calon kpu-kupu tadi bisa terbang, sayapnya harus kuat sayang. Nah..kekuatan sayap itu nantinya akan berkembang ketika calon kupu-kupu tadi melebarkan sayapnya saat dia membuka secara perlahan-lahan kepompong tadi. Jadi ketika dia membuka kepompong tadi, dia sedang memperkuat sayapnya biar bisa terbang. Kamu memang baik Nak, mau membantu kupu-kupu ini keluar dari kepompongnya. Tapi calon kupu-kupu ini jadi gak bisa memperkuat sayapnya, karna dia gak membuka kepompongnya dengan sayapnya. Tapi dengan bantuanmu Nak. Makanya kupu-kupu ini jadi lemah, sayapnya jadi gak kuat, akhirnya gak bisa terbang ”

Aku menjelaskan panjang lebar pada anakku, yang disambut tatapan syahdu pada kupu-kupu yang hanya mampu merayap. Akhirnya anakku pun meletakkan kupu-kupu tadi di atas ranting dan hanya bisa menatapnya dengan penuh pembelajaran yang berarti.

=====================================

Sebenarnya, kita sebagai manusia mempunyai proses yang sama dengan kupu-kupu tadi. Kita membutuhkan perjuangan dalam hidup ini agar kita kuat saat menghadapi cobaan dari Allah Azza Wa Jalla. Seandainya kita menjadi kupu-kupu dan kepompong adalah cobaan bagi kita, kita akan menjadi sangat kuat ketika kita hendak terbang menempuh badai dunia. Namun bila kita tidak menghendaki cobaan ada didalam hidup kita, maka kita akan menjadi lemah ketika menghadapi badai dunia.

Ketika kita menghendaki kekuatan, maka Allah memberikan kita cobaan agar kita menjadi orang yang kuat. Ketika kita meminta kebijaksanaan, maka Allah memberikan kita berbagai masalah untuk di pecahkan, agar kita mampu menjadi orang yang bijak dalam berfikir. Ketika kita meminta keberanian, maka Allah memberikan kita rintangan hidup, agar kita mampu merasakan keberanian dalam menghadapi setiap masalah. Ketika kita meminta Cinta, maka Allah memberika kita orang-orang yang patut kita bantu agar kita mampu merasakan cinta dan kasih sayang dengan sesama muslim dalam sebuah Ukhuwah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memberikan apa yang kita mau, tapi apa yang kita butuhkan. Yakinlah bahwa setiap cobaan dan ujian adalah bentuk kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada kita, agar kita bisa menempuh badai dunia.



_________________________________
Sumber : http://khoirunnisa-syahidah.blogspot.com


Baca Selengkapnya / Read More>>


Apakah cinta memang selalu identik dengan musibah dan malapetaka?
Mengapa harus kata mati yang berada di belakang kata cinta?
Apakah cinta memang selalu menghadirkan segumpal lara dan setetes air mata?

Sejumlah kisah, sejumlah peristiwa, lahir dan tumbuh bersama cinta.
Tak jarang terdapat luka disetiap akhir cerita, ya, luka yang teramat pedih.
Luka yang berakhir dengan tangisan pilu dan kesedihan abadi.


Atas dasar itulah buku ini hadir.

Di persembahkan untuk semua muslimah yang sedang bersentuhan dengan kesedihan akan cinta.
Selalu ada jalan terbentang, selalu ada kemungkinan untuk menang.
Jangan terlalu larut dalam kesedihan, muslimah.

La Tahzan..



Link Download file PDF




Baca Selengkapnya / Read More>>



Buku ini berkisah tentang Catatan Hati Seorang Istri, memuat sebagian kecil peristiwa itu. Isinya kisah-kisah yang mengharu biru dan membuat ternganga. Sebab ternyata betapa dahsyat kekuatan yang dimiliki seorang perempuan, sosok yang seringkali dianggap lemah, tidak berdaya, dan pada tataran tertentu sering hanya dianggap sebagai mahluk nomor dua. Juga pengalaman, dialog hati, pertanyaan dan ketidakmengertian tentang isi kepala dan sikap laki-laki. Kekecewaan, kemarahan dan kesedihan bahkan keputusasaan yang tergambar, mudah-mudahan dapat sedikit mewakili potret sebagian perempuan (baca: istri)



Link Download file exe




Baca Selengkapnya / Read More>>



(Asma Nadia - True Story)


Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau
menikah dengan lelaki itu.
Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar,
keheranan yang terjadi
bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-
kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang
baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.
Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon
limabelas watt.
Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas.
Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana.
Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik,
kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua
Nania yang pintar
berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania
menyampaikan keinginan
Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena
semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah
berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul
senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat
Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita
melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang
melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas,
Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!


Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik.
Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata
kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada
tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan?
Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa,

maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus
iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?
Baca Selengkapnya / Read More>>



I heard that you’re settled down
Kudengar kau telah nyaman dengan kehidupanmu 
That you found a girl and you’re married now 
bahwa kau telah menemukan seorang wanita dan menikah 
I heard that your dreams came true 
Kudengar mimpimu telah menjadi kenyataan 
Guess she gave you things I didn’t give to you 
Kurasa dia memberimu apa yang aku tidak bisa berikan padamu

Old friend, why are you so shy? 
teman lama, mengapa kau begitu malu? 
It ain’t like you to hold back or hide from the lie 
ini bukan seperti dirimu menahan diri dan bersembunyi dibalik kebohongan

I hate to turn up out of the blue uninvited 
Aku tidak suka muncul tiba-tiba tanpa diundang 
But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it 
Tapi aku tidak bisa menghilang begitu saja, aku tidak bisa 
I hoped you’d see my face & that you’d be reminded 
Aku berharap kau melihat wajahku dan memahami 
That for me, it isn’t over 
bahwa bagiku, ini belum usai
Baca Selengkapnya / Read More>>


I hear the flower’s kinda crying loud
aku dengar bunga2 bagai menangis kencang

The breeze’s sound in sad
suara yang berat dalam kesedihan

Oh no
oh tidak

Tell me when did we become,
ceritakan padaku saat dimana kita

So cold and empty inside
sangat kedinginan dan merasa kosong

Lost a way long time ago
hilangnya satu arah di waktu lalu

Did we really turn out blind
apakah kita benar-benar sudah gila
Baca Selengkapnya / Read More>>